Selasa, 21 April 2020

NILAI SAYA ATAUKAH ANAK SAYA

NILAI SAYA ATAUKAH ANAK SAYA “Sebenarnya ini Nilai Saya ataukah Nilai anak Saya?” Sebuah pertanyaan yang mungkin sangat mudah untuk dijawab namun terkadang kita tak sanggup untuk menjawabnya dengan jujur. Di tengah pademi Corona saat ini semua sekolah se-Indonesia Raya diliburkan. Eh salah, tidak libur “Siswa Belajar dari Rumah”, Karena siswanya belajar dari rumah otomatis Gurunya juga mengajar dari Rumah. Maaf salah lagi, Guru yang usianya diatas 50 tahun bekerja dari Rumah atau dalam Bahasa asingnya Work From Home (WFH), sedangkan Guru yang usianya kurang dari 50 tahun mendapat jatah piket. Sehubungan dengan kegiatan belajar dari rumah tersebut tidak jarang, bahkan mungkin setiap hari siswa mendapat tugas dari gurunya. Ada berbagai cara yang digunakan guru untuk memberikan tugas kepada siswanya. Dari tugas yang berupa mengerjakan soal kemudian dikumpulkan secara berkala ke sekolah, membuat rekaman kegiatan siswa selama di rumah, sampai tugas mengerjakan soal secara online. Terkait dengan tugas-tugas yang diberikan tersebut ada satu hal yang membuat saya bertanya-tanya apakah tugas ini sudah sesuai dengan tingkat keilmuan siswa yang harus mengerjakannya atau belum. Sebagai contoh anak saya kelas 1 SD, pada tahap awal penerapan belajar dari rumah dia mendapat tugas mengerjakan soal yang dikrim melalui grup WA. Jawaban ditulis di kertas, kemudian dikumpulkan ke sekolah secara berkala. Tapi akhir-akhir ini mekanisme pemberian tugasnya berubah dari ditulis tangan menjadi mengerjakan soal secara online melalui sebuah aplikasi yang ada di dunia maya (internet). Sepintas mungkin tidak ada masalah dengan tugas tersebut. Tapi bila kita cermati lebih dalam akan timbul sebuah pertnyaan apakah anak kelas 1 SD sudah siap mengerjakan soal secara online, sedangkan di sekolah belum pernah diajari menggunakan computer maupun HP. Alhasil orang tuanyalah yang mengerjakan soal-soal tersebut. Bila biasanya orang tua mengajari kemudian anak menuliskan jawaban pada sebuah kertas. Sekarang orang tua yang harus membuka aplikasi dan mengerjakan tugas tersebut. Mungkin ada yang membantah, orang tua membuka soalnya kemudian menyuruh anaknya membaca soal dan menjawab soal tersebut baru orang tua memasukkan jawaban tersebut ke aplikasi dan mengirimnya secara online. Tapi kira-kira berapa persen orang tua yang seperti itu. Secara umum saja bila anak mendapat PR, orang tua yang mencari jawaban kemudian anak yang menuliskannya. Dengan penerapan model belajar di atas, saya yakin anak-anak pasti mendapat nilai yang tinggi. Hanya saja bila kita mau jujur di hati kita yang paling dalam pasti timbul pertanyaan “Sebenarnya ini Nilai Saya ataukah Anak Saya”? Sampai di sini sudah barang tentu kita telah menemukan jawabannya. Terima kasih, Salam Bekerja, Belajar, dan Beribadah dari Rumah. Semoga Allah segera mengangkat Wabah ini dan kita semua dapat beraktivitas sebagaimana biasanya. Amin…… Penulis: Giyanto, S.Pd